Archive for KERUSAKAN HUTAN

KERUSAKAN HUTAN INDONESIA

Irwanto, 2018.

Pengertian dari kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutan ditambah juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi. Studi CIFOR (International Forestry Research) menelaah tentang penyebab perubahan tutupan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri perkayuan. Selain itu kegiatan illegal logging yang dilakukan oleh kelompok profesional atau penyelundup yang didukung secara illegal oleh oknum-oknum.

Pembukaan areal hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit ditunding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan yang didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologis di areal tersebut. Beberapa jenis satwa yang menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya akan berpindah mencari tempat hidup yang lebih sesuai. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit pada areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan berdampak negatif terhadap emisi gas rumah kaca.

Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa dampak negatif dari perubahan penggunaan lahan untuk produksi bahan bakar nabati atau biofuel. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menyebabkan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan seperti sedia kala.

Setiap tahun, Indonesia kehilangan hutan seluas 684.000 hektar akibat pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan hutan dan alih fungsi hutan. Menurut data yang dirilis Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan setelah Brasil yang berada di urutan pertama. Padahal, Indonesia disebut sebagai megabiodiversity country karena memiliki hutan terluas dengan keanekaragaman hayatinya terkaya di dunia.

Tabel 1. Sepuluh Teratas Negara Hutan Terluas di Dunia Tahun 2015

No Negara Luas Hutan

(ribuan ha)

Luas area (%) Luas Hutan Global (%)
1 Russian Federation 814 .931 50 20
2 Brazil 493 .538 59 12
3 Canada 347 .069 38 9
4 United States of America 310 .095 34 8
5 China 208 .321 22 5
6 Democratic Republic of the Congo 152 .578 67 4
7 Australia 124 .751 16 3
8 Indonesia 91 .010 53 2
9 Peru 73 .973 58 2
10 India 70 .682 24 2
Total 2 .686.948 67

 

Tabel. 2. Sepuluh Teratas Negara Kehiangan Luas Hutan 2010 – 2015

No Negara Kehilangan Hutan Tahunan
Luas (ribuan ha) Nilai (%)
1 Brazil 984 0.2
2 Indonesia 684 0.7
3 Myanmar 546 1.8
4 Nigeria 410 5.0
5 United Republic of Tanzania 372 0.8
6 Paraguay 325 2.0
7 Zimbabwe 312 2.1
8 Democratic Republic of the Congo 311 0.2
9 Argentina 297 1.1
10 Bolivia (Plurinational  State of) 289 0.5

Sumber : FAO 2015

Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia, total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar. Tapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar tiap tahunnya.

Izin-izin skala raksasa yang sudah membebani dan mengubah puluhan juta hektar hutan negeri sejak lama, kini terus bertambah. Bukan hanya satwa atau keragamanan hayati kehilangan tempat berpijak, manusia juga terancam dan menderita. Kerusakan lingkungan memicu bencana terjadi di mana-mana, dari kebakaran hutan, banjir, longsor, pencemaran dan lain-lain.

Data pemerintah – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, merilis deforestasi 2016-2017 sebesar 496.370 hektar, alami penurunan dari periode tahun sebelumnya sekitar 630.000 hektar per tahun. Angka yang tidak kecil mekipun sudah ada penurunan, ini di luar penghilangan hutan dengan terencana alias karena keluar beragam izin.

Analisis Forest Watch Indonesia (FWI), deforestasi di delapan provinsi (saja) pada 2009-2016 seluas 1,78 juta hektar. Ini meliputi Aceh, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Sulawesi Tengah.

Deforestasi ini terdiri dari 1,04 juta hektar dalam konsesi izin, dan 738.816 hektar di luar konsesi (497.885 hektar dalam kawasan hutan dan 258.931 hektar pada alokasi penggunaan lain).

Pemerintah kini berkomitmen benahi tata kelola. Beragam kebijakan perlindungan hutan dibuat antara lain, berhenti memberi izin baru di hutan primer dan lahan gambut, pengetatan aturan gambut sampai perbaikan standar hijau sawit Indonesia, sampai rencana memoratorium izin sawit.

Kondisi ini tak terlepas dari kebijakan pengelolaan sumberdaya alam terutama di daerah. Booming seperti sawit juga pemanenan mineral bumi massif, berhubungan dengan perubahan lanskap kawasan hutan.  Kerusakan hutan juga berkaitan erat dengan modal politik. Kala ada suksesi kepemimpinan memerlukan “gizi berat” sebagai asupan pendanaan. Cara paling mudah mengumpulkan modal dengan mengeluarkan izin investasi sektor tambang, sawit, HPH dan lain-lain.

Beragam upaya itu merupakan langkah baik, dengan catatan, implementasi berjalan, pengawasan ketat dan penegakan hukum tegas bagi pelanggar.

Langkah pemerintah pusat yang memberikan perhatian bagi pengelolaan hutan warga melalui perhutanan sosial. Hal ini merupakan jalan baik bagi masyarakat mendapat hak mengelola dan memelihara hutan dengan memanfaatkan baik kayu, hasil hutan bukan kayu sampai jasa lingkungan (Mongabay 2018).

Putaka :

FAO, 2016. Global Forest Resources Assessment 2015. How are the world’s forests changing? Second edition. Food and agriculture organization of the united nations. Rome, 2016

Mongabay, 2018. Nasib Hutan Nusantara, Akankah Terus Merana?.  https://www.mongabay.co.id/2018/03/21/nasib-hutan-nusantara-akankah-terus-merana/ Download 25 Maret 2018.